Popularitas seorang figur publik diyakini sebagai salah satu resep ampuh untuk mengundang penonton datang ke bioskop. Konon. Tak heran jika sebuah film acapkali mengusung nama besar agar bisa dipajang dalam posternya. Bagaimana jika sang pemilik nama itu bukan seorang pemain film, misalnya seorang biduan yang juga malang melintang berakting di layar kaca. Sudah pasti nama yang juga beken.
Hal ini pula yang terjadi pada Kris Dayanti. Setelah sukses di dunia tarik suara hingga ditahbiskan sebagai diva, serta sukses pula di sinetron kini dia coba merambah rimba baru. Lewat bendera miliknya KD Films dan merangkul bos lamanya di MVP Pictures, KD bermain dalam film layar lebar perdananya yang disutradarai oleh Rizal Mantovani ”Jatuh Cinta Lagi”. Naskahnya ditulis oleh Ve Handojo yang juga menulis naskah film kontroversial ”Buruan Cium Gue”(2004). Filmnya sendiri bergenre komedi romantis dengan memasang bintang beken lain macam Gary Iskak, Cornelia Agatha dan Endhita.
Lila (KD) berperan sebagai tokoh utamanya. Pengacara muda ini harus berseberangan dengan Andre (Gary Iskak) dalam sebuah kasus perceraian yang melibatkan biduan dangdut terkenal, Dea Angelia (Cornelia Agatha). Andre berada di pihak Dea agar dapat memperoleh hak asuh atas putranya yang berusia tujuh tahun. Lila berdiri pada pihak sang suami.
Secara pribadi, Andre sendiri acapkali bergaul dengan wanita cantik namun negatif kelakuannya. Lila tahu betul akan hal itu. Tak heran jika ia merasa jijik tatkala pria itu mendekatinya. Belakangan, pengacara berhati lurus ini mau juga menerima tawaran untuk keluar malam. Bahkan lebih dari itu
Bagi sutradara Rizal Mantovani film ini tentu saja sebuah pertaruhan besar. Selama ini penggemar Superman ini selalu membuat film secara keroyokan. Dalam “Kuldesak” (1997) ia berempat, dalam “Jelangkung”(2001) ia berdua. Kalau sendirian bakal seperti apa jadinya. Tentu saja bakal menyisakan banyak catatan.
Yang menarik memang sisi gambar yang dibuat oleh Yadi Sugandi. Warna-warni cerah dan pastel sangat menonjolkan kesan ceria. Sayangnya, ketika sampai pada puncaknya (adegan yang selama ini ditunggu-tunggu dengan harap-harap cemas hingga timbul gosip tak sedap) malah dibuat tak maksimal. Adegan puncak itu diambil secara siluet. Wah, jadi kentang juga nih.
Film ini buatan dan dibuat khusus untuk Kris Dayanti berikut publik penyukanya. Standar saja, tidak perlu sampai kening berkerut untuk menikmati filmnya. Dengan setting dunia hukum penonton ditawari cerita yang enteng-enteng saja, tak ada hal yang berat lagi di dalamnya. Toh, segmen penonton yang sama juga sudah cukup kenyang dijejali berita kawin cerainya para pesohor lewat infotainmen. Setiap hari bahkan nyaris setiap jam pula. Begitulah, soal hukum yang menyangkut kawin cerai seperti yang dituturkan di sini, calon penonton sudah khatam.
Sosok Lila sendiri identik dengan Ally McBeals, muda, naif dan acapkali ceroboh. Berbeda dengan porsi peran yang selama ini dimainkan KD selalu menderita akibat perbuatan ibu mertua. Dan istri dari Anang ini ternyata bisa juga memainkannya. Sedangkan lawan mainnya, Gary Iskak kali ini naik kelas menjadi pemeran utama setelah sekian lama hanya mendapat peran yang medioker. Begitupun dengan Endhita. Ia lepas dari kutukan peran yang selama ini diembannya, kalau tidak main di film horor ya jadi roh dalam ”Untuk Rena”. Tidak buruk juga. Sedangkan permainan Cornelia terasa kurang maksimal. Porsinya sebagai penyanyi dangdut beken hanya sekali-sekali saja muncul itupun lewat goyangan di ruang karaoke. Penanda kebekenan itu lantaran dia bolak-balik diwawancarai infotainment.Namun tetap saja terasa kurang kuat penokohannya.
Sejatinya, persoalan hukum memang jarang muncul dalam film Indonesia belakangan ini. Tentunya ini menjadi isu menarik. Bayangkan Kris Dayanti berperan sebagai advokat dengan reputasi bersih. Konon, carut-marut hukum di Indonesia banyak diwarnai oleh polah pengacara hitam.Tak ayal, ini bakal menarik perhatian segmen masyarakat kelas atas yang penasaran apa iya sang diva bakal bisa membawakan peran perempuan cerdas. Apalagi sinetron- sinetron Multivision lebih cenderung untuk membawa tokoh-tokoh yang terbelakang macam si Cecep (Si Cecep), Somad (Cintaku di Rumah Susun) hingga Ongki (Kecil-kecil Jadi Manten). Kenapa dihubungkan dengan sinetron? Pasalnya selama ini KD sudah malang melintang di sinetron. Otomatis, orangpun masih gagap untuk tidak menyebut KD sebagai pesinetron. Masih sering silap lidah...
Sekadar cerita ringan-ringanan agar langkahpun ringan menuju bioskop.
Sumber : www.matamata.com
Suka dengan artikel ini? [Bagikan artikel ini ke teman2-mu di FACEBOOK. Klik disini]